MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

31 Januari 2013

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan Bershalawat dan Zikir Bersama

Kamis, 31 Januari 2013 bertepatan dengan 19 Rabi’ul Awal 1434 H Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Alwashliyah Pangkalan Berandan melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan melakukan acara shalawat dan zikir bersama di Mesjid Nurul Huda Jalan Sukamulia (Gotong Royong) Pangkalan Brandan. Kegiatan di mulai pukul 8.30 dan berakhir pukul 12.10 WIB. Dalam pelaksanaan kegiatan shalawat dan zikir ini bekerja sama dengan Majlis Zikir Al Firdaus Pangkalan Berandan.  

Sebagaimana biasa acara diawali dengan pembacaan ayat suci Alqur’an dan bimbingan serta arahan dari Kepala MTs.S Alwashliyah Pangkalan Berandan. Selanjutnya ceramah pandangan umum tentang Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengangkat tema Rasulullah Muhammas SAW sebagai contoh suri tauladan dan idola yang nyata. Kemudian dirangkaikan dengan dengan shalawat dan zikir bersama.
Sebelum memasuki segmen shalawat dan zikir, salah seorang dari tim Majlis Zikir Al Firdaus memotivasi siswa-siswa untuk berbakti kepada orang tua dengan menampilkan visualisasi bagaimana janin di dalam kandungan ibu hingga genap 9 bulan dilahirkan. Juga bagaimana susahnya orang tua baik ayah maupun ibu dalam membesarkan dan membimbing anak-anaknya. Pada segmen ini pesan tersampaikan dengan baik. Pemandangan kekhusukan siswa begitu memasuki segmen doa-doa mohon pengampunan atas semua kesalahan yang telah dilakukan pada orang tua dan guru diiringi isakan tangis. Isak tangis siswa dan juga guru beradu. Dengan opening yang seperti ini maka begitu memasuki segmen shalawat dan zikir kekhusukan semakin nyata terasa. 

Selesai bershalawat dan zikir bersama, dilanjutkan dengan pengumuman pemenang perlombaan Azan, MTQ dan pidato dari siswa-siswi Tsanawiyah. Kegiatan perlombaan dilaksanakan dua hari sebelum hari H, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2013. Kegembiraan siswa jelas tergambar ketika mereka menerima bingkisan. Bahkan siswa yang belum berhasil menjadi juara juga bergembira karena mereka menerima hadiah hiburan. Semoga kegiatan ini mendapat berkah dari Allah SWT dan menambah kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW dengan menteladani akhlakul karimah-nya. Amin
Selengkapnya...

26 Januari 2013

Madrasah Model

Sekolah atau Madrasah di Negara kita memang kaya akan label. Ada sekolah berlabel reguler, SSN, RSBI (upss yang ini baru saja dibubarkan sesuai fatwa MK) ada juga SBI. Padahal apa salahnya membuat sekolah/madrasah bermutu tanpa dibarengi label-label ‘unik’ seperti itu. Demikian juga dengan madrasah. Salah satu label pada madrasah adalah Model. Sayangnya terkadang guru (bahkan Kepala sekolah-nya) tidak memahami ada apa di balik label-label tersebut.
Istilah Madrasah Model muncul seiring hadirnya SK Ditjen Binbaga No. E IV/PP.066/17-A/98. Madrasah Model ini digagas sebagai bentuk madrasah percontohan dari berbagai madrasah yang telah ada sebagai program peningkatan kualitas madrasah. 
Madrasah Model mempunyai karakteristik yang tentunya agak berbeda dengan Madrasah Terpadu. Tujuan Madrasah Model adalah: 

  1.  Sebagai pusat percontohan bagi madrasah di sekelilingnya dalam bidang kurikulum, mutu kelembagaan, proses dan output pembelajaran yang optimal. 
  2. Sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau pusat sumber belajar yang inovatif, sarana prasarana pendidikan yang lengkap dan memadai, serta memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, Islami, dan populis, yang dapat memberikan kesempatan bagi madrasah lain untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia bagi peningkatan mutu madrasah di lingkungannya, yang tergabung dalam kelompok kerja madrasah. 
  3. Sebagai pusat pemberdayaan yang menumbuhkan sikap mandiri bagi madrasah dan masyarakat di lingkungannya sehingga memiliki sumber daya, dana, dan prasarana yang setara dengan madrasah dan lingkungan masyarakat lain. 

    Secara garis besar, struktur program dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pada MI Model, MTs Model dan MA Model tidak jauh berbeda dengan madrasah lainnya. Hanya saja pada beberapa segi terdapat perbedaan tingkat urgensi program.
    Pada pokoknya, ada tiga hal utama yang menjadi program Madrasah Model:
    • Menjadi pusat sumber belajar bersama. Melalui program ini, Madrasah Model menyelenggarakan berbagai kegiatan, di antaranya meningkatkan kualitas professional guru, program peningkatan kualitas pendidikan formal bagi guru-guru yang berpendidikan di bawah standar, pelatihan bagi pengelola madrasah, serta program pelayanan bagi masyarakat. 
    • Sebagai pusat pelatihan bagi madrasah sekitarnya. Dengan demikian, dengan berbagai kelengkapan fasilitasnya, seperti laboratorium fisika, kimia, bahasa, computer, dan sebagainya, selain digunakan untuk kegiatan madrasahnya sendiri, berbagai fasilitas tersebut dapat juga dimanfaatkan oleh madrasah lainnya.
    • Menjadikan madrasah model sebagai agen pencerahan bagi madrasah lain di sekitarnya. Dengan keberadaan madrasah model melalui berbagai programnya diharapkan dapat menjadi inspirasi dan memacu semangat madrasah di sekelilingnya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikannya.

      Jika kita mencermati sekeliling, adakah Madrasah yang berlabel Model, baik itu untuk tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah ataupun Aliyah yang telah mengaplikasikan konsep-konsep tersebut? (PR untuk yang membaca artikel ini. Xi xi xiiiiii…!)

      Referensi:
      1. Farhatin Ladia, Madrasah Model Meraih Prestasi Mendongkrak Citra, Jakarta: Bagian Proyek EMIS perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2001. 
      2. Ahmad Ali Riyadi, Politik Pendidikan; Menggugat Birokrasi Pendidikan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006
Selengkapnya...

24 Januari 2013

Demi UN Peran Guru Digusur Bingbel

Siang itu saya sedang menunggu seorang teman di ruang tunggu sebuah sekolah negeri di kota Medan (sederajat SLTA). Tidak berapa lama menunggu muncul seorang wanita muda berjilbab. Saya tersenyum menyapanya. Lalu dia juga duduk di ruang tunggu. Kami pun segera terlibat dalam obrolan ringan. Iseng saya bertanya apa tujuannya ke sekolah tersebut. Katanya akan memberi les tambahan. Ternyata dia juga sedang menunggu. Hanya saja jika saya menunggu teman selesai tugas, wanita muda tersebut menunggu waktu. Ya, ia menunggu waktu untuk memberikan les tambahan kepada siswa kelas XII sebagai persiapan UN. Yang menarik perhatian saya, wanita muda tersebut ternyata bukan guru di sekolah itu, melainkan utusan dari sebuah bingbel yang cukup dikenal di kota Medan dan sekitarnya. Hmm…’seru’ nih. Jika siswa mengikuti bingbel setelah pulang sekolah di lokasi bingbel tersebut mungkin hal biasa. Tetapi jika tutor-tutor bingbel dihadirkan ke sekolah menggantikan guru, aiiiih sungguh peran guru telah digusur bingbel di lingkungan sekolahnya sendiri. Ada apakah dibalik kebijakan ini?  
Penasaran saya bertanya kepada guru di sekolah tersebut tentang kebijakan ini. Jawaban yang saya dapatkan sungguh membuat diri ini terkejut. “Kami melakukan kerjasama dengan bingbel untuk persiapan siswa kelas XII dalam menghadapi UN. Untuk siswa regular tutornya dari bingbel X (risih jika menyebut nama bingbel-nya. He he heee), sedangkan untuk siswa unggulan tutornya dari bingbel Y”. Demikian jawaban yang saya dapatkan dari guru tersebut. 
Duhai, bingbel Y memang dikenal lebih bonafid dari pada bingbel X. Duh, kastanisasi pendidikan terjadi lagi. ‘Kerjasama’; betapa menariknya kata-kata ini. Lalu bagaimana peran guru dalam mempersiapkan siswanya menghadapi UN? Mengapa bukan gurunya sendiri yang memberikan les tambahan di sore hari jika memang itu diperlukan? Bukankah guru lebih mengenal karakteristik siswanya jika dibandingkan tutor-tutor dari bingbel tersebut? Mereka lebih memahami plus minus siswanya. Sehingga lebih memahami juga bagaimana cara me-recover-nya. Seorang guru kampung seperti saya rada sulit memahami konsep ‘kerjasama’ seperti ini. Apalagi ini dilakukan oleh sekolah berlabel NEGERI. Duuhh…miris euy…!! 
Fenomena ini menunjukkan betapa UN telah menimbulkan pola pikir praktis yang sangat jauh dari falsafah belajar. Apalagi falsafah pendidikan. Siswa dengan keletihan yang sarat beban terus digiring untuk menjawab soal-soal yang terkadang dia sendiri tidak tahu apa manfaatnya bagi kehidupannya sehari-hari. UN juga telah menimbulkan pemikiran-pemikiran ‘kreatif’ yang lebih mendekati nilai-nilai ekonomi dari pada nilai-nilai pendidikan. Mulai dari pemerintah yang telah menganggarkan biaya UN dengan jumlah mencapai miliar-an (konon tahun 2013 anggaran UN mencapai 600M. Fantastis…! Apakah karena UN 2013 dengan 20 paket? Entahlah…!!) sampai munculnya kebijakan-kebijakan ‘unik’ yang sarat dengan jual beli jasa seperti ini. Selagi UN masih dijadikan exit exam, kondisi-kondisi seperti ini sulit diprediksi kapan terhenti. Selengkapnya...

20 Januari 2013

Tak Serapuh Rumah Kartu

Rumah Kartu; terkesan kokoh namun rapuh. Sekali sentuh, rawan runtuh. Demikianlah image Rumah Kartu. Akan tetapi tidak demikian dengan kumpulan puisi-puisi Eko Prasetio dalam Rumah Kartu. Rumah Kartu merupakan kumpulan puisi yang didominasi oleh puisi-puisi minimalis dari segi kosa kata, namun sarat makna. Membaca Rumah Kartu seperti terhipnotis. Enggan berhenti di satu puisi. Ingin terus membaca berikutnya dan berikutnya lagi. Jika pun harus tertunda, ada hasrat yang tak ingin lari, untuk melanjutkan lagi.  

Baru kali ini saya membaca buku puisi dengan perasaan campur aduk. Kadang senyum sendiri, kadang jidat berkerut, tetapi juga kadang termehek-mehek. Pemilihan kosa kata yang terangkum dalam kalimat menjalin bait-bait yang tidak begitu panjang, terkesan minimalis. Tetapi makna di baliknya sungguh sarat, hingga menggetarkan hati. Membuat puisi-puisi ini sungguh ‘bernyawa’. Mengungkapkan kecintaan pada Sang Khalik, Kecintaan pada sang Istri yang selalu disebutnya Jeng Ratih-ku Sayang, juga Kecintaannya pada sesama dengan kritik-kritik sosialnya. 


Mahabah adalah salah satu puisi yang mengungkapkan kecintaan pada Sang Khalik. 

dekap tarikan nafasku setiap saat 
buat aku faham akan artimu di kehidupanku 
agar aku tak mudah menyakitimu 

bersihkan jiwa ini dari lumuran kedengkian 
buat aku faham akan pentingnya kesabaran 
agar aku tak mudah menyombongkan diri 

perdengarkan padaku ayat-ayat Tuhan 
buat aku faham akan indahnya kerinduan 
agar aku tak pernah lupa siapa pemilik ruhku 

bilamana kau datang untukku 
janjikan kedamaian yang takkan berpudar 
untukku dan Dia 
agar bisa kujemput kebahagiaan 
sampai akhir kelak. 

(Mahabah, h. 2)

Selain Mahabah, masih ada beberapa puisi lagi yang mengungkapkan kecintaan pada Sang Khalik. Seperti Sujud dan Rindu Makkah. Pemilihan kosa kata yang cerdas mampu menghanyutkan hati dan tanpa sadar membuat mata basah. 

Sementara itu ungkapan cinta untuk Istri terkasih ditunjukkan begitu jelas dan mendominasi isi buku ini. Barisan-barisan puisi yang selalu diawali dengan pernyataan Jeng Ratih-ku sayang. Sungguh kado ulang tahun yang sangat manis untuk Istri tercinta. Yang membuat gemas hati, ungkapan cinta itu dinyatakan dalam bait kata yang begitu minimalis; 

:Jeng Ratih-ku sayang 

kuhimpun pelepah kata yang terbuang 
kubersihkan sebagiannya 
kutata kembali hingga membentuk apa yang biasa kau sebut rindu 

(Serenade, h. 34) 

Sungguh menggemaskan. Hati wanita tentu ‘penasaran’ dengan ‘pelit’-nya kosa kata ini. He he heee. 

Begitu juga kepedulian seorang Eko Prasetio terhadap kehidupan sosial. Simak saja barisan-barisan puisi berikut ini: 

dan perdu, pohon-pohon liar, rawa-rawa bisu memasang wajah masam 
menatap bocah-bocah dari lorong waktu yang tak lagi betah tinggal di sudut kota 
sebab, tanah lapang kini semakin sulit dicari 

(Pledoi Senja, h. 3) 

Naluri humor nan cerdas Eko Prasetio jelas terlihat dalam puisi kritik sosial berikut ini: 

aku kejar kau sebelum jarum panjangmu di angka 12 
kau tertawa terkekeh mengejek penuh kemenangan 
jelang sepuluh menit aku harus bersabar di antrean panjang malam jahanam 
jelang lima menit aku mulai ragu 
saat tiba giliranku 
harga bensin sudah enam ribu 

(00.00, 24 Mei 2008, h. 11) 

Eko Prasetyo selalu mencantumkan tanggal penulisan puisi-puisinya. Seolah-oleh mengajak pembaca untuk mencermati jejak langkahnya. Jejak perjalanan batinnya. Jejak pemikirannya. Hingga jejak perasaannya. Semua terangkum menjadi satu. Berbagai ‘rasa’ ada di sini. Sungguh buku kumpulan puisi yang memiliki karakter tersendiri. Selengkapnya...