MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

20 Mei 2011

Salam Kebangkitan Nasional Ke-103



Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri

Bait-bait lagu di atas mengingatkan saya pada masa-masa SMA. Bangun pemudi-pemuda karangan C. Simanjuntak ini termasuk lagu favorit saya jika latihan paduan suara. Dengan hentakan stakato-nya, aura spirit terasa hingga ke relung jiwa. Lagu-lagu nasional kita memang sungguh ‘bernyawa’.

Apalagi waktu itu guru kesenian kami Ibu Dra. Yoyok Juriah, guru cerdas yang begitu menguasai bidangnya. Bagi beliau membagi-bagi suara sopran, alto, tenor dan bas, seperti bagi-bagi snack saja. Ingat masa-masa itu, aiihhh…ingin rasanya mengulang kembali.

Tetapi akhir-akhir ini ada yang mengusik di hati. Banyak murid-murid saya yang tidak mengenal lagu-lagu nasional. Bahkan ada yang tidak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ketika hal ini saya bicarakan dengan beberapa teman yang mengajar di sekolah lain, bahkan di sekolah yang berstatus SSN (Sekolah Standar Nasional), mereka juga menyampaikan hal yang sama. Seketika jadi mikir, adakah yang keliru…? Sehingga semua jadi begini? Apakah ini juga akibat dari pendidikan? (Semoga ini hanya kasuistik, teman).

Memang kita tidak dapat mengukur jiwa nasionalis seseorang hanya dari sebuah lagu. Tetapi melalui lagu kita dapat membangkitkan semangat nasional seseorang. Betapa inginnya membangkitkan semangat nasionalis itu untuk melawan gaya hidup hedonisme yang mulai menggerogoti anak negeri. Melawan kemusykilan kenyataan dinamika pendidikan yang sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya. UN sebagai exit exam… Terperdaya dengan persentase keberhasilan UN yang mencapai 99,xxx%. Sudah kredibel katanya. Oh angka-angka… ternyata semuanya bisa dipuaskan sebatas angka-angka. Lalu bagaimana sarana dan prasarana yang masih serba minimalis? Tenaga pendidik yang masih perlu di up grade? Belum lagi melawan carut-marut dunia olah raga, sehingga ajang PSSI-pun harus dipolitisasi. Ah..terlalu banyak sebenarnya yang ingin dilawan. Kalau sudah begini kembali hati ingin mendendangkan lagu di atas. Sungguh bernyawa…!

Semoga di 20 Mei 2011 ini, masih bisa diri ini menemukan kobaran-kobaran nyali kebangkitan nasional. Seperti gemuruh kobaran semangat kebangkitan yang dicetuskan bung Tomo seratus tiga tahun yang lalu, seperti dinamika retorika Soekarna di masa lalu. Seperti denyut nadi Sudirman yang enggan terhenti hanya karena rongrongan penyakit dan desingan peluru. Yang pasti seperti bangsa yang tidak pernah melupakan jasa-jasa para pahlawannya. Bangsa yang menghargai sejarah. Kita pun akan menjadi bagian dari sejarah. Oleh karena itu tugas kita adalah untuk mengukir sejarah yang lebih indah. Sebagai warisan untuk generasi mendatang. Semoga yang Maha Memberi Petunjuk selalu memberi kemudahan kepada kita untuk B..A..N..G..K..I..T …!! Bangkit mengganyang kebodohan dan ke-naif-an…!

Salam Kebangkitan Nasional ke-103,..!!
Selengkapnya...

2 Mei 2011

Sebuah Catatan di Hardiknas 2011

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Demikianlah isi Bab II Pasal 4 dari UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sungguh indah kalimat-kalimat itu.
Sungguh bijak yang telah merangkai kata tersebut.
Amboii…

Tetapi entah mengapa indahnya kalimat-kalimat
Sarat maknanya yang tersirat maupun tersurat
Tidak mampu menghalau kegalauan yang sarat

Oh anak negeri…
Inilah kenyataan yang harus dihadapi
Ketika aku mendengar berita ini
Ketika aku membaca berita itu
Ketika aku menyaksikan kenyataan di depan mata
Haruskah missi itu hanya terukir di dalam kitab
Yang disebut Undang-Undang…??

Jika fakta dan Undang-Undang tak seirama
Yang satu di Selatan, yang satu di Utara
Kepada siapakah harus berbagi cerita…?
Haruskah kutunggu hadirnya
Ki Hajar Dewantara jilid ke-dua…??

Nelangsa…?? Putus Asa…??
Ku coba halau semua
Karena ‘Rajawali’ Bang Iwan Fals masih menggema
Begini katanya…..

“…Jiwa anggun teman sepi
Jiwa gagah pasti diri
Sejati

Bertahan pada godaan
Prahara atau topan
Keberanian

Setia kepada budi
Setia pada janji
Kegagahan

Menembus kabut malam
Menguak cadar fajar
Mendatangi matahari
Memberi inspirasi…”

Ya…semoga hati ini masih terinspirasi
Untuk menjadikan missi indah itu bukan hanya sekedar prasasti
Walau tak ada ‘sistem’ yang mengakui..

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL…!!
Selengkapnya...