MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

9 September 2010

Selamat Tinggal Ramadhan, Selamat Datang Fajar 1 Syawal 1431 H



Seiring gema takbir yang mulai berkumandang
Memberi isyarat Ramadhan akan segera kita tinggalkan
Namun akhir Ramadhan bukanlah muara
Ia merupakan hulu
Titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik
Pribadi yang membawa manfaat bagi kemaslahatan umat


Dengan segala kerendahan hati
Izinkan Sharing is Fun mengucapkan


Selengkapnya...

4 September 2010

Dua Umar yang Sama 'Dahsyat'-nya


Umar bin Khattab RA dikenal sebagai khalifah yang bergelar Amirul Mukminin selalu melakukan ‘sidak’ (Inspeksi mendadak). Ia tidak mau menerima laporan dari pejabat-pejabatnya begitu saja. Hatinya tidak puas, jika tidak langsung melihat kondisi rakyatnya. Suatu malam beliau seperti biasa melakukan perjalanan di kota Madinah. Setiap sudut kota tak luput dari pengamatannya hingga dini hari. Setelah lelah meninjau kesana-kemari, beliau pun beristirahat di sebuah tempat. Tanpa sengaja didengarnya percakapan seorang ibu dengan anak gadisnya.

“Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu.
“Jangan ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu yang dicampur air,” jawab sang anak.
“Tapi banyak orang melakukannya, nak, campurlah sedikit saja. Toh Insya Allah Amirul Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya.
“Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rabb dari Amirul Mukminin pasti melihatnya,” tegas si anak menolak.

Umar bin Khattab terperanjat mendengar kata-kata anak gadis ini. Keharuan menyelusup relung kalbunya, hingga air matanya pun berderai. Akan tetapi karena hari telah menjelang subuh, maka beliau segera bergegas meninggalkan tempat itu menuju mesjid untuk menunaikan tugas memimpin shalat subuh.

Sahabat,

Selama bulan Ramadhan, kita melaksanakan ibadah shaum. Ada keunikan dalam ibadah yang satu ini. Karena shaum adalah ibadah yang kita lakukan semata-mata untuk Allah. Kita tidak makan dan minum bukan karena kita tidak mampu mendapatkan makanan dan minuman. Namun karena kita menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat membatalkan ibadah kita, ataupun hanya sekedar mengurangi nilai ibadahnya. Sekalipun kita mempunyai peluang untuk makan dan minum, namun kita tetap kukuh untuk tidak melakukannya, karena kita meyadari Allah Maha Mengetahui apa yang kita lakukan. Jangankan apa yang kita lakukan, apa yang kita niatkan pun Allah mengetahuinya.

Alangkah indahnya jika dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun diluar Ramadhan kita juga mampu menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji, terutama hal-hal yang berhubungan dengan kemaslahatan umat. Misalnya saja korupsi, manipulasi, memancing-mancing kekeruhan suasana dan sejenisnya. Sekalipun peluang itu hadir di depan mata. Sekalipun sejagad orang tidak mengetahui kita melakukannya. Kita menahan diri karena menyadari Allah Maha Mengetahui. You’re not alone, seperti judul lagu Jacko.

Kembali pada kisah Umar bin Khatab. Setelah peristiwa itu, Umar bin Khatab sangat ‘terkesan’ dengan anak gadis tersebut. Sehingga dipanggilnya lah putranya Ashim bin Umar bin Khattab. Umar bin Khattab menyuruh putranya untuk menyelidiki keluarga gadis tersebut. Setelah mendengar hasil penyelidikan putranya, Umar memutuskan untuk melamar gadis tersebut dan dinikahkan dengan putranya, Ashim bin Umar bin Khattab.

Kemudian menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis itu. Dari pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang nantinya dikenal dengan Ummi Ashim. Suatu malam, Umar bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam seperti dia memimpin umat Islam. Mimpi ini diceritakan hanya kepada keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara keluarganya.

Dalam sejarah, Ummi Ashim setelah dewasa menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M) yang merupakan kakaknya. Abdul Mallik bin Marwan adalah seorang shaleh, ahli fiqh dan tafsir, serta raja yang baik terlepas dari permasalahan ummat yang diwarisi oleh ayahnya (Marwan bin Hakam) saat itu.

Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang putra bernama Umar bin Abdul Aziz. Beliau dilahirkan di Halawan, kampung yang terletak di Mesir, pada tahun 61 Hijrah. Umar kecil hidup dalam lingkungan istana dan mewah. Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,

“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab Insya Allah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.“

Ya, mimpi Umar bin Khattab menjadi kenyataan. Pada usia 37 tahun Umar bin Abdul Azis diangkat sebagai Khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangkan adalah menyamai keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.

Umar bin Abdul Azis adalah seorang reformis ekonomi yang mumpuni. Hal ini terbukti dengan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis semakin banyaknya rakyat yang membayar zakat, dan semakin berkurang rakyat yang menerima zakat. Bahkan sampai-sampai pegawainya di Afrika tidak menemukan orang yang mengambil zakat.
Subhanallah..!

Jika kita bandingkan dengan keadaan Negara kita sekarang. Sering media cetak maupun elektronik memberitakan betapa ricuhnya pembayaran zakat di beberapa daerah. Sehingga terkadang menimbulkan korban. Apakah memang segitu parahnya perekonomian rakyat Indonesia atau memang mental bangsa kita yang masih betah memposisikan diri sebagai ‘tangan yang di bawah’ daripada ‘tangan yang di atas’? Wallahu’alam bissawab.

Inilah sosok dua Umar yang masih berada pada satu garis keturunan yang dahsyat, yang patut kita teladani.
Selengkapnya...