MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

29 April 2010

Quantum Learning (Part Four)


Dahsyatnya AMBAK

Dalam hidup ini kita tentu memiliki berbagai keinginan. Segala sesuatu yang ingin kita lakukan tentunya harus menjanjikan manfaat bagi kita. Jika tidak, maka kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Motivasi ini dalam Quantum Learning disebut AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku). Kadang-kadang AMBAK sangat jelas dalam benak kita, dan kadang-kadang kita harus mencarinya, atau bahkan menciptakannya.

Dalam banyak situasi, menemukan AMBAK sama saja dengan menciptakan minat dalam apa yang sedang kita pelajari dengan menghubungkannya dengan “dunia nyata”. Kita akan bertanya pada diri kita sendiri…”Bagaimana aku dapat memanfaatkannya dalam kehidupanku sehari-hari?”

Menciptakan minat, mudah untuk beberapa subjek dan lebih sulit untuk subjek-subjek yang lainnya. Namun, kita selalu dapat menemukan sesuatu yang menarik. Peluangnya adalah bahwa kita sudah termotivasi mempelajari suatu informasi untuk beberapa alas an. Mungkin itu akan meningkatkan karier, atau membantu agar lebih mudah berkomunikasi, atau mungkin merupakan batu loncatan menuju pendidikan yang lebih tinggi.

Menciptakan minat juga memiliki keuntungan intrinsiknya. Ketika kita menciptakan minat dalam suatu subjek, kerap kita mendapati bahwa hal itu membawa kita kepada minat baru di bidang lainnya. Mengembangkan bidang-bidang baru ini menimbulkan kepuasan tersendiri, dan juga minat baru lainnya-reaksi berantai yang berjalan terus menerus. Misalnya saja ketika kita belajar Oseanografi, mungkin akan membuat kita tertarik pada akuarium air laut, yang selanjutnya membuat kita tertarik pada scuba diving, yang selanjutnya membuat kita tertarik pada fotografi dasar laut, terus menerus sehingga dunia bawah laut menjadi sumber eksplorasi dan kepuasan yang tak ada akhirnya. Segera, tantangan terbesar kita adalah menemukan waktu untuk mencapai semuanya.

Karena itu, dipermukaan belajar aktif mungkin kedengarannya melelahkan, tetapi sebenarnya itu memberi kekuatan. Berikut adalah perbandingan antara Belajar Aktif dan Belajar Pasif:

BELAJAR AKTIF:

1. Belajar apa saja dari setiap situasi
2. Menggunakan apa yang kita pelajari untuk keuntungan kita
3. Mengupayakan agar segalanya terlaksana
4. Bersandar pada kehidupan

BELAJAR PASIF:

1. Tidak dapat melihat adanya potensi belajar
2. Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar
3. Membiarkan segalanya terjadi
4. Menarik diri dari kehidupan

Jika kita bertanggung jawab atas hidup kita, kita akan mulai membuat segalanya terjadi dan bukan sekedar membiarkannya. Tempatkan diri kita dalam posisi “Pencari” dan mulailah pencarian Ilmu. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin banyak pilihan yang kita miliki ketika menghadapi situasi yang menantang. Semakin banyak pilihan kita, semakin besar kekuatan pribadi yang kita miliki. Maka temukanlah atau ciptakanlah….AMBAK…itu… Apa Manfaatnya BAgi Ku…!!

Bersambung.

Referensi:

Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning, Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung, Cet. XXVII, 2009.

Selengkapnya...

26 April 2010

Quantum Learning (Part Three)


Cara Berpikir Otak Kanan dan Otak Kiri.

Batang Otak Reptilia, Sistem Limbik atau Otak Mamalia, dan Neokorteks atau Otak Berpikir, ketiga bagian otak ini dibagi menjadi dua belahan. Kedua belahan ini lebih dikenal dengan sebutan Otak Kanan dan Otak Kiri. Masing-masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berpikir, dan memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua sisi.

Proses berpikir otak kiri adalah Logis, Sekuensial, Linier dan Rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Sedangkan proses berpikir otak kanan adalah Acak, Tidak teratur, Intuitif dan Holistic. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau organ), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

Mulanya ilmu pengetahuan melalakukan dikotomi terhadap dua belahan otak ini. Akan tetapi seiring perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sudah beranjak dari dikotomi otak kanan/kiri ke pandangan yang lebih luas tentang lima sistem pembelajaran. Kelima sistem itu ialah emosional, sosial, kognitif, fisik dan reflektif. Tidak ada sistem pembelajaran yang berdiri sendiri. Tindakan setiap sistem mempengaruhi sistem lain sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar, ibarat riak-riak dari sejumput batu yang dilemparkan ke kolam. Ketika setiap batu membentuk riaknya sendiri yang bertabrakan dan mengganggu riak yang lain, kombinasi hasilnya menciptakan gelombang yang secara keseluruhan memiliki pola baru.

Maka dapat dinyatakan bahwa kedua belahan otak ini sama pentingnya. Seseorang yang dapat memanfaatkan kedua belahan otak kiri dan kanannya dengan baik maka ia akan mendapatkan keseimbangan dan tidak mudah stress. Untuk menyeimbangkan otak kiri, perlu dimasukkan musik dan estetika dalam pengalaman belajar, music dan estetika adalah ‘konsumsi’ otak kanan. Hal ini memberikan umpan balik positif bagi diri sendiri. Semua itu menimbulkan emosi positif, yang membuat otak kita lebih efektif. Maka emosi positif meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.

Bersambung

Referensi:

1. Barbara K. Given, Brain-Based Teaching, Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung, Cet. I, 2007

2. Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning, Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung, Cet. XXVII, 2009.
Selengkapnya...

24 April 2010

Quantum Learning (Part Two)



Teori Otak Triune ( 3 in 1 )

Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini. Inilah satu-satunya organ yang sangat berkembang sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak yang berfungsi dapat tetap aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun.

Otak kita mempunyai tiga bagian dasar, yaitu:

1. Batang atau Otak Reptilia

Perilaku otak reptilia berkaitan dengan insting mempertahankan hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies. Perhatiannya adalah pada makanan, tempat tinggal, reproduksi, dan perlindungan wilayah. Ketika kita merasa tidak aman, otak reptile ini spontan bangkit dan bersiaga melarikan diri dari bahaya. Inilah yang disebut reaksi “hadapai atau lari”. Pada masa-masa perkembangan awal manusia, inilah reaksi yang merupakan keharusan. Sayangnya, jika otak reptile ini dominan, kita tidak dapat berpikir pada tingkat yang sangat tinggi.

2. Sistem Limbik atau Otak Mamalia

Terletak di sekeliling otak reptile, sangat luas dan kompleks. Dalam istilah evolusioner, system ini sangat canggih dan merupakan bagian yang juga dimiliki semua mamalia. System limbic terletak dibagian tengah dari otak kita. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif; yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu system ini juga mengendalikan bioritme, seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, detak jantung, gairah seksual, temperature dan kimia tubuh, metabolisme, dan system kekebalan. System limbik merupakan bagian yang penting dalam mempertahankan hidup manusia. (Kenyataan bahwa bagian otak yang mengendalikan emosi, juga mengendalikan semua fungsi tubuh. Ini menjelaskan mengapa emosi dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan). System limbik adalah panel control utama yang menggunakan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh dan yang tak begitu sering, indra peraba dan penciuman sebagai input-nya. Kemudian, informasi tersebut didistribusikan ke bagian pemikir di dalam otak, yaitu neokorteks.

3. Neokorteks atau Otak Berpikir.

Neokorteks terbungkus di sekitar bagian atas dan sisi-sisi system limbik, yang membentuk 80% dari seluruh materi otak. Bagian otak ini merupakan tempat bersemayamnya kecerdasan. Inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui pengihatan, pendengaran, dan sensasi tubuh. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir secara intelektual, pembuatan keputusan, perilaku waras, bahasa, kendali motorik sadar, dan ideasi (penciptaan gagasan) nonverbal. Dalam neokorteks semua kecerdasan yang lebih tinggi berada, yang membuat manusia unik sebagai spesies. Mungkin kecerdasan tertinggi dan bentuk terbaik dari pikiran yang kreatif adalah intuisi. Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima kelima indra manusia. Kemampuan ini sangat kuat pada anak-anak usia 4 – 7 tahun. Seringkali kemampuan ini ditekan dan dihentikan oleh orang-orang bekuasa yang memandangnya sebagai perilaku irasional. Orang khawatir dengan intuisi karena mereka pikir intuisi bisa menghalangi pemikiran rasional. Sebenarnya, intuisi justru berdasarkan pada pemikiran yang rasional dan tak dapat berfungsi tanpanya.

Semua kecerdasan yang lebih tinggi, termasuk intuisi, ada dalam otak sejak lahir. Dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan, kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik.

Agar kecerdasan ini terawat secara baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energy dapat mengalir ketingkat yang lebih tinggi.
b. Anak harus merasa aman secara fisik dan emosional.
c. Harus ada model untuk memberikan rangsangan yang wajar.

Berdasarkan poin ‘c’ jelaslah bahwa dalam perkembangannya seorang anak membutuhkan model atau figur keteladanan. Mungkin hal inilah yang sulit didapat anak dari orang-orang dewasa disekelilingnya saat ini. Semoga kita dapat menjadi model yang baik bagi Laskar Pelangi di sekeliling kita. Amin..!

Bersambung.

Referensi:
Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning, Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung, Cet. XXVII, 2009.

Selengkapnya...

22 April 2010

Quantum Learning (Part One)


Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Metode ini tidak hanya diberlakukan untuk peserta didik, tetapi juga untuk pendidik (guru). Karena seseorang yang telah memutuskan jalan hidupnya untuk menjadi seorang guru, maka ‘diharamkan’ berhenti belajar.

Berbagai tantangan muncul kepermukaan bagaikan metafora untuk mempelajari terobosan-terobosan baru, termasuk pergeseran paradigma yang mengubah pemahaman tentang belajar.

Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif maupun negatif.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Dengan NLP kita menggali bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan ‘pegangan’ dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.

Anda masih ingat hukum kekekalan energy ala Einstein? Quantum Learning menganut paham ini. Menurut yang meng-create metode ini, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, mereka mendefiniskan Quantum Learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energy. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi.

Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energy cahaya.

Quantum learning memadukan berbagai konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar, seperti:

1. Teori otak kanan/kiri
2. Teori otak triune ( 3 in 1 )
3. Pilihan modalitas ( Visual, Auditorial, dan Kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda.
5. Pendidikan holistic (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman.
7. Belajar dengan symbol (Metaphoric Learning)
8. Simulasi/permainan.

Manfaat Quantum Learning:

1. Sikap positif.
2. Motivasi.
3. Keterampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri.
5. Sukses.

Bersambung.

Referensi:

Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning, Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung, Cet. XXVII, 2009.
Selengkapnya...

11 April 2010

Menjelajah Pembelajaran Inovatif



Menjelajah Pembelajaran Inovatif merupakan salah satu buku yang tepat untuk dijadikan referensi bagi teman-teman yang sedang menyusun skripsi dengan topik Pembelajaran Kooperatif. Buku ini ditulis oleh Dr. Suyatno, M.Pd. Diterbitkan oleh Masmedia Buana Pustaka pada Oktober 2009 sebagai cetakan pertama.

Dalam buku ini diulas seputar paradigma baru pendidikan yang meliputi :

1. Pembelajaran Inovatif
2. Cara Kreatif Memilih Metode Pembelajaran
3. Aneka Metode Pembelajaran Inovatif
Terdiri dari:
a. Metode Quantum
b. Metode Partisipator
c. Metode Kolaboratif
d. Metode Kooperatif
e. Sadapan Ringkas
f. Aneka Model Pembelajaran Inovatif
4. Contoh RPP

Satu hal yang menarik pada buku ini ialah setiap awal bab diberikan intro sebuah kisah inspiratif, yang membuat kita jadi merenung sebelum menyimak setiap kalimat di buku ini. Misalnya kisah berikut ini yang terdapat pada halaman 38 mengawali Bab III dengan judul Minum Kelapa Muda.

“Nak, minumlah kelapa muda itu”, ajak Mbok Siti sambil menunjuk ke depan tempat dudukku. Rupanya, hari itu Mbok Siti telah menyiapkan kelapa muda untuk suguhan kami.

“Iya, Mbok”, jawabku sambil mengangkat kelapa muda segar yang sudah dibuka porosnya sehingga mudah diseruput.
“Segar kelapa muda ini, Mbok”, komentarku basa-basi.
“Setiap kelapa muda pasti segar karena berada di tengah pertumbuhan menjadi tua”, kata Mbok Siti.

Kesegaran itu dapat diraih setelah kita membuka sabut kelapa dan mengupas batok kayunya. Usaha mengupas itu memerlukan waktu, usaha, dan tenaga yang terjalin dalam sebuah proses. Karena mengupasnya penuh rencana, inti kelapa muda itu dapat diraih.
Begitu pula seorang guru, untuk mendapatkan hasil yang menyegarkan bagi kita, perlu upaya dalam memproses siswanya melalui usaha, waktu, dan tenaga pula.

“Kadang, banyak guru yang tidak ada waktu dalam memproses siswa”, kata Mbok. Hasilnya, siswa tidak menunjukkan perubahan.

Begitu pula, ada guru yang mempunyai waktu tetapi tidak bertenaga, hasilnya sama saja mengecewakan kita. Lalu, ada guru yang punya waktu dan tenaga, tetapi tidak punya usaha, hasilnya juga tidak maksimal.

“Jadi, guru juga harus mempunyai waktu, usaha, dan tenaga dalam berproses”, kata Mbok pelan sambil mengangkat kelapa muda untuk diminumnya.

Sungguh sebuah kisah sederhana, tetapi mengandung wise words yang bermakna dalam temans. Secara pribadi mengakui belum mencapai taraf guru seperti yang dimaksud pada kalimat-kalimat bijak di atas. Tetapi seiring waktu akan tetap berusaha berproses mencapai taraf tersebut. Insya Allah..!
Selengkapnya...

3 April 2010

Dari Seorang Guru tentang Hati Guru



Gayus Tambunan tiba-tiba saja namanya terdengar di seantero nusantara. Pagi siang malam pemberitaan tentang dirinya bagaikan air bah yang jebol dari tanggul. Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Gara-gara ulah Gayus Tambunan rusaklah citra petugas dinas perpajakan negri ini. Sehingga muncul Facebooker boikot bayar pajak, juga muncul Facebooker yang membersihkan nama dinas perpajakan. Ini suatu bukti bahwa dalam hidup ini segala sesuatu memiliki dua sisi. Sisi terang dan sisi gelap. Tinggal bagaimana kita mampu menempatkan diri di sisi mana kita seharusnya berpijak. Melawan arus memang sulit, jika tidak mampu melawannya, minimal…bertahanlah…agar tidak terbawa arus.

Begitu juga dengan profesi guru. Tidak dapat kita pungkiri, melalui media massa sering kita jumpai kinerja guru yang tidak patut di gugu dan ditiru. Bahkan cenderung berprilaku yang aneh-aneh. Tak ubahnya seperti orang stress ataupun sakit jiwa. Tetapi alangkah naifnya jika kita anggap semua guru begitu. Berikut saya share sebuah tulisan jeritan hati nurani seorang guru yang diungkapkannya pada note Facebook-nya. Saya share di sini karena saya tau, masih banyak guru yang seperti beliau. Seperti Ibu Faradina Izdhihary, demikian namanya. Untuk share tulisan ini, saya sudah mendapat izin dari beliau.

Demikian isi note Ibu Faradina Izdhihary…!!

=====================================================================================
SURAT TERBUKA BUAT PRINGADI, PARA MURID, DAN WALI MURID

Dari Seorang Guru tentang Hati Guru

: di notes ISU GAJI PNS NAIK > 100 % Pringadi mengomentari kalau gaji BPK layak besar sebab mereka datang jam 8, pulang jam 5 sore, telat gaji dipotong, sedang guru kalau malas ngajar ngasih tugas muridnya buat ngerangkum.

Mewakili para guru, Pring..... aku menolak, aku tidak terima, sebagai guru rasanya kehormatan kami tertampar. Apalagi kamu menjadi seperti sekarang tak pernah dan tak akan bisa tanpa jasa guru.

Adalah pendapat umum, bahwa pekerjaan guru itu ringan, saat libur sekolah, guru juga libur panjang. Sudahkah Anda melihat dari dekat bagaimana seorang guru yang benar-benar guru menghabiskan berjam-jam waktunya untuk menyiapkan materi pembelajaran, tugas untuk siswa, mengoreksi pekerjaan siswa, dan kemudian menyiapkan perbaikan untuk siswanya. Pekerjaan kami yang itu, tak pernah kami catatakan sebagai lembur yang layak dihargai dengan uang lembur. Apakah ada pekerjaan lain yang dalam pekerjaannya dipenuhi dengan doa-doa untuk orang yang dilayaninya, air mata keprihatinan, rasa cinta kasih yang kuat, dan hubungan silaturrahmi yang tak putus, selain pekerjaan guru? Barangkali ada yang menyisakan jasa tak terputus semisal dokter.

Adalah sangat menyakitkan menggebyah ubyah, menyamakan semua guru dengan knerja yang ditulis oleh Pringadi. Berapa persen jumlah guru yang demikian? Pring... aku yakin, andai pada guru juga diterapkan sistem penggajian yang sangat manusiawi, dan menghargai tingginya nilai ilmu (bandingkan dengan di Singapura, gaji guru tertinggi, jauh lebih tinggi dari bankir atau lawyer sampai masa kerja 12 tahun), maka penerapan punishment yang ketat saya yakin juga akan diikuti kinerja yang tinggi.

Pring... Sayang, pernah kamu tanya berapa gaji guru SD-mu dulu? Pernah kamu tanya, cukupkah mereka hdup layak dan membiayai putra-putri mereka hingga perguruan tinggi? Kita coba hitung-hitungan matematika ya. Kamu kan dulu pernah masuk jurusan Matematika ITB meski cuma setahun, pernah menjuarai olimpiade Matematika (aku berani bersumpah, di situ peran gurumu takkan bisa kau hapus hingga kiamat sekali pun).

Ambil contoh gaji tertingg guru SD mu golongan III -c, sebab banyak guru SD dulu menjadi PNS dgn ijasah SPG. Gajinya kira-kira kalau sekarang ya 2.600.000 gitu ya. Anak dua. Sekolah semua. Anggap biaya kedua anaknya sebulan paling banter 700 ribu (termasuk uang transpot, penggandaan tugas, dsb). Biaya hidup untuk konsumsi sehari-hari per bulan kira-kira 10.000 X 4 orang X 30 hari = 1.200.000. bberart sudah berkurang 1.900.000. Ini belum kehitung bayar listrik, telpon, transport ke sekolah yang kira-kira sebulan mnimal 500.000. Jadi sudah kepotong 2.400.000. Tinggal berapa, Pring? Rp 300.000. Sementara kami mungkin harus membayyar cicilan rumah, sepeda motor bukan untuk bermewah-mewah tetapi benar-benar karena kami membutuhkan.

Jangan salahkan kami, bila di antara kami banyak yang berpikir banyak bagaimana harus menambah penghasilan di luar mengajar? Ini kami yang PNS, bagaimana dengan yang non-PNS. Aapakah kami layak digaji jauh lebih rendah dibandingkan PNS lain hanya karena anggapan kami bekerja seenak sendiri, kinerkja kami rendah, gak berkualitas, atau karena jumlah kami terlalu banyak? Atau karena tanggung jawab kami tak mengandung resiko besar seperti jaksa, polisi, atau bagian perpajakan? Atau karena pekerjaan kami bukan pekerjaan produktif yang menghasilkan keuntungan seperti pertambangan atau perum/BUMN lain?

Sakit sekali rasanya. Bukan... bukan maksud kami menuntut gaji besar, Pring. Andai kamu, pembaca semua, para murid, para orang tua wali murid tahu, betapa kami mengajar dilandasi perasaan cinta yang berlimpah-limpah, disertai doa dan harapan yang bermekaran meski kadang dilipiuti kecemasan atas keberhasilan anak-anak didik kami, Kalian akan mengerti bahwa KEBERHASILAN murid-murid kami adalah BAYARAN TERTINGGI yang tak ternilai bagi kami. Kami cukup bahagia, kami akan bersyukur ribuan kali bila melihat atau mendengar nama murid kami disebut orang, berhasil menjadi sukses dan menjadi orang baik. Demi Allah, saya menangis menuliskan bagian ini.

Jangan salhakan kami semata dengan tuduhan kami tak memiliki kinerja tinggi. Bila pun ada keraguan atas kompetensi kami, seharusnya pemerintah dan masyarakat ikut bertanggung jawab untuk membantu kami meningkatkannya hingga kami mampu memberikan pelayanan terbaik pada para murid. Menjadi ujung tombak dalam menyiapkan generasi muda, penerus perjuangan bangsa yang berkualitas.

Pernahkah Anda berpikir bahwa kami masih terus dan terus butuh untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengajar kami. Di luar sana, kemajuan teknologi, informasi, melesat-lesat, sedang kami hanya berkutat pada buku-buku paket seadanya. Saat suami saya bertugas di Kalimantan Tengah untuk melakukan verifikasi SD yang mengajukan anggaran pembangunan gedung baru atau pembangunan SATAP(SD smp satu atap), saya menangis mendengar ceritanya, saya tersedu melihat foto-fotonya. Teman-teman guru kami mempunyai tanggung jawab moral sangat besar untuk menyiapkan generasi penerus bangsa, dalam kondisi sangat memprihatinkan, serba kekurangan. Tetapi keikhlasan teman-teman kami itu luar biasa. Banyak yang sudah IV-a ke atas, hampir pensiun, belum mendapat jatah sertfikasi.

(maaf saya terpaksa menangis lagi. Ya Robb, berilah balasan terbaik atas keikhlasan teman-teman guru mengajar di daerah terpencil itu dengan pwrhitungan- Mu yang jauh lebih adil)

Nah... bagaimana mungkin kami mampu meningkatkan kompetensi, misal kuliah lagi, melakukan penelitian, bila dana tak ada. Waktu mungkin bisa ditata, tetapi bila pada saat yang sama kami masih harus memikirkan perekonomian keluarga kami, apakah kami sanggup?

Pring... dan Pembaca yang budiman, sungguh maafkan. Banyak rumor yang beredar bahwa orang yang memilih profesi guru adalah masyarakat kelas dua, yang kemampuan nya kalah jauh dengan mereka yang memilih profesi lain seperti dokter, akuntan, peneliti, teknokrat, dan sebagainya. Lebih tegasnya, yang masuk PTK (perguruan tinggi keguruan) itu anak-anak yang kurang pandai. Mungkin benar. Tapi tak seluruhnya. Masih banyak juga yang memilih jadi guru karena panggilan nurani. Mengapa? Sebab gaju guru tak segede gaji profesional lainnya. Menyedihkan sekali.

Bila saja, profesi guru dihargai seperti di Singapura atau Malaysia atau negara lain, maka anak-anak pandai, high quality akan berbondong-bondong masuk PTK, dan kelak akan muncul guru-guru yang hebat. Tapi beranikah dan mampukah pemerintah mengambil kebijakan ini? Saat kuliah di NTU Singapura (berkat beasiswa PMPTK dan BPKLN, terima kasih untuk kedua lembaga tersebut), saya mendengar, bahkan berbincang-bncang langsung dengan beberapa bankir dan lawyer yang memilih pindah profesi jadi guru. Disini mana ada, yang ada malah sebaliknya sebab gaji guru ya demikianlah adanya.

sungguh, sekali lagi, tulisan ini tak hendak dan tak ingin memberontak apalagi menuntut gaji kami para guru, dinaikkan sejajar dengan gaji PNS di perpajakan atau kejaksaan. Alhamdulillah kami lebih terjaga dan aman dari godaan korupsi karena memang tak ada yang bisa kami korupsi. Kalaupun ada itu adalah waktu. Bahkan untuk menjual LKS yang sangat dibutuhkan oleh siswa, seringkali kami dapat protes dari orang tua. Padahal LKS 1 buku maksimal 10.000, masa pembayaran satu semester 6 bulan, kami biasanya harus melunasi dulu di awal. Berapa sih keuntungan kami bila dibandingkan dengan kewahjiban kami melunasinya, belum terhitung siswa yang tidak membayar dengan berbagai alasan. Tak jarang kami berikan buku itu cuma-cuma.

Pringadi, Sayang....aku jadi ingat gurauanku dengan beberapa teman saat hari guru, sambil mentertawakan nasib Oemar Bakri, kami meringis mendengar hymne guru. Pantas nasib guru melas, wong hymnenya saja melas. Maka sambil bergurau, kami berseloroh, ganti ya hymnenya , "Guru juga manusia....." dengan gaya ngerok gitu deh.

Penutup tulisan ini, selalu ingatlah salah satu kunci keberhasilan menuntut ilmu yang diajarkan oleh guru TK-mu, "Hormati gurumu, sayangi teman.....,"

Untuk rekan guru, saya percaya sepenuhnya, seperti juga saya menjalankan tugas keguruan saya, menjadi guru adalah pilihan, panggilan hati. Insya Allah gaji yang kita terima itu berkah, dan Allah akan mencukupkan. Bukankah kita seringkali masih harus sangat bersyukur meskipun juga sambil menangis bila membandingkan nasib kita dengan teman-teman guru non-PNS?

Namun, bila saya tulis sebuah kesaksian, teman SMA saya bapak dan ibunya adalah guru SD, keduanya PNS. Namun ketiga anaknya hanya berpendidikan sampai SMA sebab tak cukup biaya untuk menguliahkan. Mereka butuh kredit rumah dan sepeda motor. Adakah yang mau merenungkan betapa kami para guru bekerja sepenuh kemampuan pikiran dan tenaga, juga doa-doa dan cinta untuk para murid (anak orang lain), namun di sisi lain kami harus meringis sebab anak-anak kami tak mampu mengenyam pendidikan tinggi seperti yang kami ajarkan pada murid-murid kami????

Addition, bukan rahasia bila di antara kami mampu menguliahkan anak-anak kami, karena kami menyekolahkan SK kami ke BRI, BNI, atau Mandiri? hehehe coba siapa yang tidak melakukannya? Angkat tangan teman-teman. ..?

=====================================================================================


Nah teman, jika guru yang PNS saja seperti itu perjuangannya, jangan tanya lagi bagaimana yang non PNS. Ingat lo, terkadang ada guru non PNS yang kinerja kerjanya lebih baik dari yang PNS. Walaupun budget-nya seper sekian dari yang PNS mereka tetap loyal bekerja dan tetap tersenyum pada dunia. Bagi mereka madrasahku bukan hanya surgaku tetapi ladang amalku.
Selengkapnya...